Cirebon – Di tengah naiknya harga bahan pokok dan ketergantungan pada pasokan pangan eksternal, Pesantren Quran Kayuwalang di Cirebon mengambil langkah strategis untuk mewujudkan kemandirian pangan melalui program Integrated Farming. Inisiatif ini bukan hanya menjadi solusi atas persoalan logistik permakanan, tetapi juga menjadi media pendidikan keterampilan hidup bagi para santri.
Program ini diprakarsai oleh Edi Mulyono, ketua program yang juga menjadi salah satu penggerak utama kemandirian pesantren. Ia menjelaskan bahwa ide tersebut lahir dari keresahan nyata yang dirasakan pihak pesantren terkait kebutuhan pangan para santri.
“Kami sempat mengalami kesulitan dalam mencukupi permakanan santri. Harga bahan pokok naik semua, dan kondisi ini menuntut kami untuk berpikir kreatif dan mandiri,” ungkap Edi.
Dari keresahan itu, muncul gagasan untuk memanfaatkan lahan kecil yang tersedia di lingkungan pesantren sebagai pusat kegiatan Integrated Farming. Program ini menggabungkan berbagai aspek pertanian terpadu, seperti budidaya tanaman hortikultura, peternakan skala kecil, serta pemanfaatan limbah organik untuk dijadikan kompos dan pakan ternak.
“Walaupun lahannya terbatas, kami mencoba memaksimalkan potensi yang ada. Santri juga kami libatkan langsung, sehingga kegiatan ini sekaligus menjadi sarana pendidikan dan pelatihan keterampilan hidup,” lanjutnya.
Selain membantu memenuhi kebutuhan pangan internal, program ini juga berdampak positif terhadap lingkungan. Sampah organik dari dapur dan kegiatan santri kini diolah menjadi kompos oleh para santri sendiri. Hal ini secara signifikan mengurangi volume sampah dan menciptakan ekosistem berkelanjutan di lingkungan pesantren.
Kegiatan ini mendapatkan sambutan positif dari para santri dan masyarakat sekitar. Selain memberi kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan, program ini juga menanamkan nilai-nilai kemandirian, kerja sama, kepedulian terhadap lingkungan, serta membentuk karakter santri yang tangguh secara sosial dan ekonomis.
Pesantren Quran Kayuwalang berharap program ini dapat menjadi inspirasi bagi pesantren-pesantren lain dalam menghadapi tantangan ekonomi, sekaligus mewujudkan pesantren yang berdaya secara pangan dan ramah lingkungan.***